Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
  • Home
  • Artikel

“Reshuffle” Kabinet Diminta Bukan karena Dorongan Politik Semata (13-04-2015)

  • Artikel
  • 10 Maret 2022, 04.36
  • Oleh : PolGov Admin

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Perombakan kabinet sebaiknya tidak dilakukan karena dorongan kepentingan politik semata, tetapi betul-betul dipertimbangkan berdasarkan obyektivitas penilaian kinerja kementerian. Demikian kata seorang pengamat.

“Dasar politik untuk melakukan reshuffle memang kita tidak bisa menutup mata, tetapi kalau pertimbangannya hanya itu, dikhawatirkan justru akan memunculkan problem, bukan solusi,” kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Mada Sukmajati, di Yogyakarta, Senin (13/4/2015).

Menurut Mada, dorongan beberapa kalangan, termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), agar Presiden Joko Widodo melakukan evaluasi memang patut dipertimbangkan. Namun, indikator yang digunakan seharusnya bukan hanya berbasis pada kepentingan politik semata.

Seharusnya, ia mengatakan, dorongan evaluasi itu dapat disertai dengan penyertaan rapor masing-masing menteri selama enam bulan bertugas.

“Jadi, ada baiknya kalau usul evaluasi juga sembari menyodorkan rapor merah atau biru para menteri,” kata dia.

Dengan begitu, masyarakat akan memperoleh gambaran mengenai urgensi dari perombakan tersebut. Perombakan juga tidak boleh sampai dianggap sebagai upaya untuk memperkuat Koalisi Indonesia Hebat (KIH) saja.

Selain itu, dia mengatakan, mekanisme evaluasi kinerja atau perombakan kabinet yang obyektif juga perlu dipastikan sebab Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembagunan (UKP4) yang selama pemerintahan sebelumnya bertindak sebagai evaluator independen sudah dihapuskan.

“Jadi, kalau ada evaluasi kinerja kementerian itu kemudian siapa yang melakukan evaluasi? Ini kan kaitannya dengan standar obyektif penilaian kinerja,” kata dia.

[Publikasi awal di Kompas.com]

Tags: ARTIKEL

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Related Posts

Resensi Buku: Meneropong Demokrasi di Indonesia

Artikel Kamis, 10 Maret 2022

(20-08-2016) Buku ini secara luas dan mendalam mencoba untuk memahami keadaan demokrasi di Indonesia setelah Reformasi 1998. Buku ini juga menawarkan beberapa hal yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki mutu demokrasi di Indonesia dengan berpijak pada […].

Kampanye Politik Pro-Rakyat Masih Harus Dikritisi

Artikel Kamis, 10 Maret 2022

(25-02-2014) JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil penelitian yang dilakukan Power Welfare and Democracy (PWD) Universitas Gadjah Mada dan University of Oslo mengungkapkan, perpolitikan di Indonesia mulai mengarah pada munculnya kampanye pro-rakyat (populisme).

Resensi Buku: Tantangan Demokrasi dalam Pemilu Serentak

Artikel Kamis, 10 Maret 2022

(30-08-2015) Indonesia pasca otoritarianisme diwarnai dengan munculnya reorganisasi elite masa lalu yang hendak menjaga dominasi dalam era demokrasi baru (Hadiz & Robison, 2004). Hal tersebut berimplikasi pada maraknya perilaku predator politik yang dilakukan elite, baik […].

Otonomi Daerah: Tak Ada Jalan Kembali Menuju Sentralisasi

Artikel Kamis, 10 Maret 2022

(15-04-2016) Harianjogja.com, JOGJA-Selama 20 tahun berjalannya otonomi daerah memberikan dampak positif dan negatif kepada daerah dan negara Indonesia secara umumnya. Meski demikian, tak ada lagi jalan atau alasan yang membenarkan untuk Indonesia apabila akan kembali […].
Universitas Gadjah Mada

Alamat

Gedung BA Lt. 4 FISIPOL UGM
Jl Sosio Yusticia, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Kontak

Whatsapp. (+62) 811 2515 863
Telp. (+62) 274 – 555880
Fax. (+62) 274 – 552212

© 2025 PolGov UGM - Research Centre for Politics and Government